Agama


BAB I. Kondisi Keberagamaan di Indonesia

Agama dan Agama Islam
·         Pengertian agama menurut bahasa (etimologi) atau secara lughawi, menurut H.M Syafaat, bahwa agama berarti “tidak kacau”. Kata agama itu berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a = tidak, gama = kacau (tidak kacau).
·         Pengertian agama secara istilah adalah sesuatu yang membawa peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi, menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran dien itu, membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan menjadi utang.
·         Pengertian Islam secara etimologi adalah sebagai berikut : Islam itu berasal dari bahsa Arab, dari bentuk masdar (isim masdar, dalam istilah ilmu sharaf) yaitu “penyerahan diri (menyerahkan diri)”.
·         pengertian Islam secara istilah adalah sebagai berikut : Islam adalah agama yang mengatur manusia agar menjadi selamat, sejahtera, aman, damai, dan menyerahkan diri kepada Allah, patuh dan tunduk kepada-Nya serta mau beribadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
·         pengertian agama Islam menurut istilah adalah sebagai berikut :Agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang disiarkan dengan dakwah ke seluruh penjuru dunia, memberikan petanda bahwa Islam diperuntukkan bagi semua manusia yang berada di muka bumi.

Ruang Lingkup Ajaran Agama Islam
Ruang lingkup ajaran islam meliputi tiga bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak :
·         Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada qada’dan qadar.
·         Syari’ah
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari:
a . Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat.
1.     Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya soal sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.
2.     Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum pidana islam

·         Akhlaq

Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jamat dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang mengatur tingkahlaku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran”.

 BAB IIKonsep Ketuhanan, Manusia, dan Alam

·         Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam
Dalam Al-Qur’an perkataan tuhan di kenal dengan istilah Rabb,Maalik Atau Malik Dan Ilah.
– Rabb adalah”Tuhan Sang Maha Pencipta”
– Malik dalam Al-Qur’an di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang Berkuasa Mempunyai,Memiliki Atau Merajai Sesuatu.
– llah secara etimologis mempuyai arti sebagai yang disembah dengan sebenarnya atau tidak 
sebenarnya.Apa saja yang disembah manusia ,dia itu llaah namanya.

·         Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
1.     Animisme berasal dari kata ” Anima”,dari bahasa latin AnimusDan bahasa Yunani”Avepos” dalam bahsa sang sekerta di sebut” Rana”. dalam bahasa Ibrani sebut” Ruah” yang artinya napas atau jiwa.ia adalah dokterin tentang realitas jiwa.
2.     Dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa Yunani, yaitu,”Dunamos”  dan diinggriskanMenjadi”dynamic”yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan dapat juga diterjemahkan dengan daya
Dinamismen disebut juga preanismisme,yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai makna.
·         Alam semesta, kata ini digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu di mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya. Alam semesta adalah kumpulan jauhar yang tersusun dari materi (maddah) dan bentuk (Shurah) yang ada di langit (al-jawhar al murakka min al-madah wa al-shurah min ardh wa sama).Islam memandang bahwa alam adalah ciptaan Allah SWT, sekaligus merupakan bukti karya agung-Nya, sebagai konsekuensinya alam adalah pesan dan tanda-tanda Allah akan keberadaan-Nya. Alam merupakan wahyu yang tidak tertulis. Jadi setiap manusia harus membaca wahyu Allah yang baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.


BAB III. Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu dan Islam

·         Pengertian Al Qur’an secara etimologi (bahasa)
Ditinjau dari bahasa, Al Qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a – yaqra’u – qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.
·         Pengertian Al Qur’an secara terminologi (istilah islam)
Secara istilah, al Qur’an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur’an dinilai ibadah kepada Allah swt.
Fungsi atau peranan Al-Quran yang sangat penting untuk dipahami seorang Muslim ada tiga. Yakni Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah Muhammad saw, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, serta sebagai korekter atau penyempurna terhadap kitab-kitab yang pernah Allah Swt. turunkan sebelumnya, dan ini bernilai abadi atau berlaku sepanjang zaman.


Nama lain Al-Qur’an
Al-Kitab (buku), Al-Furqan (pembeda benar salah), Adz-Dzikr (pemberi peringatan), Al-Mau’idhah (pelajaran/nasihat), Asy-Syifa’ (obat/penyembuh), Al-Hukm (peraturan/hukum), Al-Hikmah (kebijaksanaan), Al-Huda (petunjuk), At-Tanzil (yang diturunkan), Ar-Rahmat (karunia), Ar-Ruh (ruh), Al-Bayan (penerang), Al-Kalam (ucapan/firman), Al-Busyra (kabar gembira), An-Nur (cahaya), Al-Basha’ir (pedoman, Al-Balagh (penyampaian/kabar), Al-Qaul (perkataan/ucapan).
 BAB IV. Al-Qur’an sebagai Ilmu Pengetahuan


Di dalam ayat-ayat al-Qur’an banyak dijelaskan tentang ilmu-ilmu pengetahuan, diantaranya:
1.     Manusia mengembangkan studi ilmu alam, fenomena-fenomena alam dan hasil penelitian manusia tidaklah melenceng seperti apa yang diterangkan dalam al-Qur’an, manusia meneliti tentang bentuk muka bumi dan segala yang berada diatasnya seperti gunung-gunung dan sungai-sungai (QS. An-Nahl: 15, An-Naba’: 6-7), al-Qur’an juga memaparkan tentang laut dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya (QS. An-Nahl: 14, Fathir: 12, al-Furqan: 53, ar-Rahman: 19-21), al-Qur’an menjelaskan fenomena alam di langit dan hubungannya dengan bumi (QS. Ar-Rum: 24, ar-Ra’d: 12-13).
2.     Manusia menemukan ilmu tentang perbintangan/astronomi, namun al-Qur’an sudah jauh menjelaskan tentang hal itu, seperti al-Qur’an menyebutkan langit yang dipenuhi oleh bintang dan Planet (QS. Al-Hijr: 16), bintang sebagai petunjuk bagi manusia (QS. Al-An’am: 97), Matahari dan bulan serta menjelaskan hubungannya dengan bumi dan kehidupan manusia (QS. Yunus: 5, al-Isra: 12, Fathir: 13).
3.     Manusia mengembangkan Ilmu Botani (tumbuh-tumbuhan), dan al-Qur’an menerangkan tentang air dan tumbuh-tumbuhan serta hubungan antara keduanya dengan kehidupan manusia dan binatang (QS. As-Sajdah: 27), menjelaskan tumbuhan dan masanya (QS. az-Zumar: 21), menjelaskan macam-macam buah (QS. Al-An’am: 141, an-Nahl: 10-11).
4.     Manusia mengembangkan ilmu Biologi, dan al-Qur’an menjelaskan asal kehidupan binatang dan jenis-jenisnya (QS. An-Nur: 45), menjelaskan proses kehidupan manusia dan tahapannya (QS. Al-Mu’minun: 12-14, al-Hajj: 5).
5.     Al-Qur’an menyebutkan tentang kesehatan dengan melarang makan dan minum berlebihan (QS. Al-A’raf: 31) kemudian disusunlah Ilmu tentang Kedokteran.
6.     Kemudian al-Qur’an menjelaskan semua (point 1-5) dalam satu ayat secara ilmiah, seperti QS. Al-Baqarah: 164, dan al-Jatsiah: 3-5.
7.     Al-Qur’an mengajak manusia untuk melakukan perjalanan (petualangan) di muka bumi melalui darat atau laut agar bisa saling mengenal secara lebih dekat antara berbagai suku, bangsa-bangsa dan kelompok yang ada di bumi (QS. Al-Hujurat: 13).
8.     Al-Qur’an mendorong manusia untuk menceritakan tentang kisah-kisah kaum dan suku bangsa terdahulu dengan tujuan untuk mengungkap kejadian yang mereka alami (QS. Ar-Rum: 9, Ali Imran: 137, al-Ankabut: 20), maka kemudian disusunlah ilmu geografi dan sejarah.

Tafsir takwil dan Terjemah

       kata tafsir diambil dari bahasa arab fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti keterangan atau uraian. Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’il”, berasal dari akar kata al-fasr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata “al-fasr” berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata “at-tafsir” berarti menyingkapkan maksud sesuatu lafaz yang musykil.

     Ta’wil secara bahasa berasal dari kata “aul”, yang berarti kembali ke asal. Adapun mengenai arti takwil menurut istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan pemahaman arti yang dikandung oleh lafazh itu. Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan lafazh dengan beberapa alternatif kandungan makna yang bukan merupakan makna lahirnya.
     Terjemah ialah mengungkapkan makna kalam (pembicaraan) yang terkandung dalam suatu bahasa dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain (bukan bahasa pertama), lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya.
Perbedaan Tafsir, Takwil dan Terjemah

Tafsir
·         Pemakaiannya banyak dalam lafazh-lafazh dan mufradat
·         Jelas diterangkan dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits sahih
·         Banyak berhubungan dengan riwayat
·         Digunakan dalam ayat-ayat muhkamat (jelas)
·         Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki.

Takwil
·         Pemakaiannya lebih banyak pada makna-makna dan susunan kalimat
·         Kebanyakan diistinbath oleh para ulama
·         Banyak berhubungan dengan dirayat
·         Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat (tidak jelas)
·         Menerangkan hakikat yang dikehendaki

Terjemah
Fokus pada mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang berasal dari bahasa arab kedalam bahasa non arab.
BAB V. Hadits sebagai sumber Islam

Hadis ditinjau dari segi bahasa mempunyai makna antara lain :
1.     Baru (جديد) kebalikan dari lama (قديم)
2.     Dekat, belum lama terjadi, artinya menunjukkan waktu yang dekat atau waktu
Khabar, berita, riwayat yang singkat seperti kalimat حديث العهد فى الا سلام (orang yang baru masuk islam). Hadis dalm pengertian khabar sebagaiman
Para ahli hadis antara lain Al-Hafidz dalam syarah Al-Bukhari menerangkan, bahwa hadis ialah :
اقواله صلي الله عليه وسلم واافعا له واحواله
Artinya; “perkataan-prkataan Nabi Muhammad saw, perbuatan-perbuatan dan keadaan beliau”
Dari segi bahasa sunnah mempunyai beberapa arti : Jalan yang terbentang untuk dilalui, jalan yang baik atau tidak
(الطريقة محمودة كانت اومذمومة)
Adat kebiasaan atau tradisi atau ketetapan, meskipun hal itu tidak baik.
·         Sunnah meliputi segala yang datang dari Nabi saw baik merupakan perbuatan, perkataan dan taqrir, juga sifat-sifat dan perilaku atau perjalanan hidup beliausebelum atau sesudah diangkat menjadi nabi.
·         Fungsi Hadits
·         Menguatkan hukum-hukum yang ada dalam Al Qur’an,
·         Memperjelas dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum.
·         Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al-Qur’an.
·         Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama.

 Macam-Macam Hadist dan Penjelasannya

·         Pembagian Hadits dilihat dari banyak sedikitnya Perawi

 Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
·         Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.
·         Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath’iy.

Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah “zhonniy”. Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad emmbagi menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha’if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, ditinjau dari segi nilai sanad :
1.     Hadits Shahih
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu’allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
·         Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
·         Harus bersambung sanadnya
·         Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
·         Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
·         Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
·         Tidak cacat walaupaun tersembunyi.

Hadits shohih dibagi dua:
Shohih Lizatihi, yakni hadits yang shohih dengan sendirinya tanpa diperkuat dengan keterangan lainnya.
Shohih Lighoirihi, yakni hadits yang keshohihannya diperkuat dengan keterangan lainnya.
2. Hadits Hasan
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syah.
Hadits hasan dibagi dua:
Hasan Lizatihi, yakni hadits yang dengan sendirinya dikatakan hasan. Hadits ini ada yang sampai ke tingkat lighoirihi;
Hasan Lighoirihi, yakni hadits yang derajat hasannya dibantu dengan keterangan lainnya.
3. Hadits Dha’if
Ialah hadits yang tidak memenuhi syarat shohih dan hasan, hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil.
Pembagian Hadits Menurut Macam Periwayatannya:
1.     Hadits yang bersambung sanadnya
Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu’ atau Maushul.
2.     Hadits yang terputus sanadnya
Hadits Mu’allaq: Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha’if.
Hadits Mursal: Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi’in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.
Hadits Mudallas: Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
Hadits Munqathi: Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi’in.
Hadits Mu’dhol: Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi’it dan tabi’in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi’in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha’if.
Hadits-hadits dha’if disebabkan oleh cacat perawi.
Hadits Maudhu’: Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits.
Hadits Matruk: Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.
Hadits Mungkar: Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.
Hadits Mu’allal: Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu’allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma’lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu’tal (hadits sakit atau cacat).
Hadits Mudhthorib: Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
Hadits Maqlub: Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
Hadits Munqalib: Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
Hadits Mudraj: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya.
Hadits Syadz: Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz.
BAB VI. Etika Moral dan Akhlak

Etika                      
Pengertian etika dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.
Adapun etika secara istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah satunya yaitu Ki Hajar Dewantara menurutnya etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
Moral
Adapun moral secara etimologi berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral secara terminologi  adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Akhlak
Secara etimologi akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan ) dan khalq(penciptaan).
Secara terminologis, menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
  • Persamaan dan Perbedaan

Etika, moral, dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.
Etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan berfungsi di masyarakat.
Sedangkan Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah. Jika Etika dan Moral erat kaitannya dengan hubungan antara manusia maka Akhlak banyak berkaitan dengan hubungan hamba dan sang khaliq.
  • Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Bermasyarakat


 Akhlak Terhadap Allah

·         Mentauhidkan Allah
·         Banyak Berzdikir pada Allah
·         Berdo’a kepada Allah SWT
·         Bertawakal Hanya pada Allah
·         Berhusnudzhon kepada Allah

Akhlak Terhadap Rasulullah

·         Mengikuti atau menjalankan sunnah Rosul
·         Bersholawat Kepada Rosul

Akhlak Terhadap Diri Sendiri
·         Sikap sabar
·         Sikap Syukur
·         Sikap Tawadlhu’
·         Bertaubat

Akhlak Terhadap Sesama Manusia

·         Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan
·         Ta’awun atau saling tolong menolong
·         Suka memaafkan kesalahan orang lain
·         Menepati Janji

Akhlak Terhadap Sesama Makhluk

·         Tafakur (Berfikir)
·         Memanfaatkan Alam

Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah) dengan cara mensucikan hati. Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah dapat melihat Tuhan (al-Ma’rifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci.
Kalau akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk juga bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan cara-cara yang nampak seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara menyucikan hati , agar setelah hatinya suci yang muncul dari perilakunya adalah akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak, menurut ilmu tasawuf, harus berawal dari penyucian hati.
Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS UAS PTI

Mobile Adhoc Network (MANET)

cara membuat berita